Panaroma Wisata Kota Semarang

Semarang adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Ada banyak banget tempat-tempat menarik di Semarang yang patut dikunjungi untuk liburan selepas kegiatan kerja, kuliah, dan sekolah. Ini tulisan yang telat dibuat. Januari, 4 – 6 tahun 2019, saya berkunjung ke Semarang dalam rangka liburan, di tengah acara keluarga besar saya.

Kami naik bus pariwisata karena banyaknya angota keluarga yang ikut. Ya namanya juga keluarga besar. Setelah mencari-cari rekomendasi penyewaan pariwisata di internet dan bertanya sana-sini ke kerabat, kami akhirnya mendapatkan agen bus yang bagus banget pelayanannya. Busnya keren, fasilitasnya banyak. Sehingga selama perjalanan kami merasa nyaman. Dari Surabaya hari Jumat pagi, sampai Semarang menjelang siang. Kami langsung menuju hotel, kebetulan banget waktu tibanya pas dengan waktu check in hotel jadi kami bisa langsung istirahat setelah perjalanan untuk kemudian berkeliling Semarang mengunjungi berbagai tempat wisata dan kuliner.

Selama tiga hari dua malam di Semarang, kami menginap di Kawasan Simpang Lima, di hotel Louise Keanne. Di hotel ini, kolam renangnya ada di lantai 23, view-nya memandang padatnya kota Semarang, konsepnya keren.

Wisata Kuliner

Herannya, saya tidak banyak berwisata kuliner khas Semarang. Salah satu yang terkenal nyobain Soto Mas Ari yang beralamat di Jalan Wage Rudolf Supratman,Nomor 9, Gisikdrono, Semarang Barat, Kota Semarang. Menu yang spesial soto ayam. Menu lainnya ada Sate Kerang, Sate Telur, Tempe Goreng, Es Jeruk, dan Es Teh Manis. Kalau ke Semarang wisata kuliner disini bisa dicoba, rasanya enak.

Saya pun makan malam di IBC (Ikan Bakar Cianjur) daerah kota Lama Semarang. Restorannya keren karena bangunannya masih mempertahankan bangunan lama, di dalamnya banyak barang-barang antik dan unik, misal piring-piring yang menempel di dinding, dan yang tidak kalah penting makanannya enak-enak. Keesokan harinya jalan-jalan ke luar kota Semarang, ke Kawasan Ungaran. Sebelumnya mampir makan siang di Pemancingan Pondok Alam Bang Khohar, terletak di jalan Jimbaran – Bandungan. Menu yang tersedia makanan khas sunda. Wah jauh-jauh ke Jawa Tengah, saya yang asli sunda makannya makanan sunda hahaha karena keluarga besar tante saya asli Jawa dari Surabaya, saya mah nurut aja mau tante saya makan dimana saja, makan apa saja yang penting halal. Tempat makannya luas, kita akan dibagi beberapa tempat semacam pondok atau saung gitu. Tergantung jumlah yang akan makan, disesuaikan dengan tempatnya. Saat itu kami cukup lama berada di tempat tersebut, selain makanannya enak-enak, ada tempat bermain untuk anak-anak, ada musala, plus suasananya yang asri bikin betah berada disana. Sekitar pukul 14.00 kami baru beranjak melanjutkan perjalanan menuju Gedong Wali Songo.

Dari kawasan Simpang Lima menuju lokasi wisata yang akan kami kunjungi kalau lancar bisa dicapai sekitar 1 jam, tapi karena lagi akhir pekan banyak pengunjung, sehingga macet. Oh iya, melewati jalan tol juga, bisa menikmati view yang bagus, kalau mau melihat wisata alam, lokasinya di luar kota Semarang. Kalau di kota Semarangnya lebih banyak wisata sejarah, wisata kuliner, berbegai lokasi tempat ibadah.

Kami mencapai lokasi Gedong Wali Songo sekitar pukul 15.45, setelah membeli tiket kami pun berjalan-jalan di komplek candi tersebut. Kalau mau, ada juga tersedia kuda, bisa jalan-jalan sampai ke atas, sekitar 1 jam. Tapi saya tidak mau naik kuda, hanya ingin jalan kaki saja, meskipun tidak mengunjungi semua candi, tidak jalan sampai ke atas takutnya kesorean, karena perginya rombongan keluarga, saya memilih berjalan tidak terlalu jauh biar tidak saling cari-cari kalau waktu pulang telah tiba.

Tempat Wisata Semarang

Menurut wikipedia, Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat sembilan buah candi. Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi). Menurut saya view-nya bagus, kalau sampai ke atas sih katanya view-nya lebih bagus lagi. Kondisi saat saya kesana ramai sekali oleh pengunjung, jadi saya tidak terlalu menikmati, yang penting saya tahu tempat tersebut meskipun tidak terlalu meng-eksplore-nya. Menjelang magrib, kami pulang ke kota Semarang, melanjutkan ke next destination, Lawang Sewu!

Pukul 19.00 wib kami tiba di lokasi, tidak semua keluarga ikut. Kami hanya berenam, empat adik sepupu dan kakaknya Tante. Setelah membayar tiket, kami pun memasuki kawasan legendaris peninggalan Belanda.

Saat kami kesana, malam mingguan disana, rame sekali. Tidak ada local guide, karena sudah di-booking duluan sama pengunjung lainnya. Jadilah malam itu Tante kami bertindak sebagai guide kami. Beliau membawa kami berkeliling dan menjelaskan sejarah tentang tempat tersebut. Kebetulan beliau sudah pernah kesana, tour ditemana guide saat siang dan malam, yang sensasinya katanya berbeda. Karena tujuan saya ke tempat tersebut hanya ingin berkunjung ke tempat bersejarah, hanya ingin tahu dan mumpung lagi kesana, alhamdulillah tidak merasakan hal yang tidak biasa, dan saya hanya banyak berdoa saja, biar hati tenang, sambil mendengarkan penjelasan Tante. Saat itu, lampu di lantai 1 dan 2 terang, semuanya dinyalakan, jadi tidak merasakan sensasi apapun hehe. Tapi tante tidak berani membawa kami ke lantai paling atas, beliau bilang harus benar-benar pakai local guide sana. Saya pun menghormati keputusan tersebut, sehingga kami tidak meng-eksplore seluruh gedung. Waktu itu, lantai bawah tanah juga di buka. Kami tidak lama berada disana, karena harus menghadiri acara keluarga sehingga saya pun kembali ke hotel. Menurut wikipedia, Lawang Sewu (bahasa Indonesia: seribu pintu) adalah gedung gedung bersejarah di Indonesia yang berlokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah. Gedung ini, dahulu yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.

Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu karena bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak, meskipun kenyataannya, jumlah pintunya tidak mencapai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang). Menurut saya, arsitektur gedungnya keren, memperhatikan pintu-pintunya yang rapi dan simetris, menambah keindahan gedung tersebut. Lawang sewu ini artinya seribu pintu, saking banyak pintu, tetapi konon hanya 928 buah disana. Jadi, kalau ke kota Semarang, tempat ini jangan lupa dikunjungi. Tempat bersejarah ketika berlangsungnya peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober – 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang.

Keesokan harinya, sekitar pukul sebelas, saya berkunjung ke Masjid Agung Jawa Tengah. Masjid Agung Jawa Tengah menurut wikipedia dirancang dalam gaya arsitektural campuran Jawa, Islam dan Romawi. Diarsiteki oleh Ir. H. Ahmad Fanani dari PT. Atelier Enam Jakarta yang memenangkan sayembara desain MAJT tahun 2001. Bangunan utama masjid beratap limas khas bangunan Jawa namun dibagian ujungnya dilengkapi dengan kubah besar berdiameter 20 meter ditambah lagi dengan 4 menara masing masing setinggi 62 meter ditiap penjuru atapnya sebagai bentuk bangunan masjid universal Islam lengkap dengan satu menara terpisah dari bangunan masjid setinggi 99 meter.

Saya senang sekali berkunjung ke masjid tersebut, kubah-kubahnya mengingatkan saya dengan Masjid Nabawi di Madinah, sukses membuat saya kangen sama Masjid tersebut. Gaya Romawi terlihat dari bangunan 25 pilar dipelataran masjid. Pilar-pilar bergaya koloseum Athena di Romawi dihiasi kaligrafi-kaligrafi yang indah, menyimbolkan 25 Nabi dan Rosul, di gerbang ditulis dua kalimat syahadat, pada bidang datar tertulis huruf Arab Melayu “Sucining Guno Gapuraning Gusti“. Indah banget! Saya tiba disana pas berkumandang solat Dzuhur, pas cuaca panas pula, jadi saat berjalan menanggalkan sepatu di batas suci, sensasi kakiku terasa panas, saya pun setengah berlari menuju Masjid bangunan utamanya. Sesampainya disana langsung ambil air wudhu dan solat. Sekitar setengah jam berada di masjid, yang sebenarnya mager tapi harus pulang. Ketika keluar Masjid pun saya masih mengagumi keindahan arsitektur Masjid Agung. Setelah puas berada disana, saya memanggil pak supir, melanjutkan perjalanan menuju Kota Lama Semarang.

Sesampainya di lokasi, saya muter-muter, tujuan utamanya mau lihat Gereja Blenduk di siang hari. Di Kawasan kota lama Semarang ini menurut info yang saya baca di web halosemarang, banyak tempat yang bisa dikunjungi. Sebenarnya saya mau berlama-lama dan berencana ingin menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam disana, tapi apalah daya, saya harus segera balik ke hotel karena sudah ditunggu Tante saya dan acaranya sudah selesai. Saya hanya setengah jam berada disana, mengunjungi Gereja Blenduk, masuk Galeri tapi gak lama-lama, mungkin karena saya bukanlah pecinta seni hehe lanjut ke Pasar Klithikan yang masih berada di satu lokasi dengan taman Srigunting dan gereja Blenduk. Di sana saya melihat puluhan stan dengan koleksi barang-barang antiknya. Bagi penyuka barang-barang antik, pasar Klithikan inilah surganya, dan saya nyangkut di stan yang jual buku-buku bekas tapi masih bagus-bagus, lumayan lama disana, sampai waktunya habis saya gak bisa ke tempat yang tadinya mau saya taruh paling akhir mau ke Library Cafe John Dijkstra, kepengen ngopi atau nyemil-nyemil sambil baca buku, tapi jadi mission impossible huhu karena sudah ditelpon tante.

Sebelum pulang, mampir di beberapa tempat oleh-oleh khas Semarang, seperti mampir ke Bandeng Juwana – Elrina (Pusat oleh-oleh khas Semarang – Jawa Tengah), Loenpia Mbak Lien, Tahu Baxo Ibu Pudji, makanan-makanan tersebut highly recommended sebagai makanan khas Semarang.

Selama di Semarang, kami tidak memakai jasa local guide, karena sebanarnya menghadiri acara nikahan saudara, dan tentunya sekalian jalan-jalan. Maka saya pun banyak bertanya kepada Mbah Google saja untuk memandu dan memberi saya informasi tentang tujuan wisata yang saya kunjungi tersebut.

Sekian tulisan cerita telat ke Semarang. Selamat liburan!